BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Secara harfiah
istilah-istilah sosiologi berasal dari dua kata yakni Socius (Latin) yang
berarti teman atau kawan. Dapat juga diartikan sebagai pergaulan hidup manusia
atau masayarakat, dan logos (Yunani) yang berarti ilmu. Ilmu-ilmu sosial dinamakan
demikian oleh karena ilmu-ilmu tersebut mengambil masyarakat atau kehidupan
bersama sebagai obyek yang dipelajarainya.
Sosiologi pertanian adalah suatu pengetahuan sistematis dari suatu hasil penerapan metode ilmu dalam mempelajari masyarakat pedesaan, struktur sosial dan organisasi sosial, dan juga sistem perubahan dasar masyarakat dan proses perubahan sosial yang terjadi. Tapi dalam pengertian ini tidak hanya cukup mempelajari saja, tetapi kita harus benar-benar paham tentang penyebab terjadinya dan dampak atau akibat dari segala tindakan sosial yang terdapat pada desa tersebut (Widarni, 2011).
Sosiologi pertanian cenderung
mengarah pada kehidupan keluarga petani yang mencakup dalam hubungannya dengan
kegiatan pertanian di kehidupan bermasyarakat, misalnya tentang pola-pola
pertanian, kesejahteraan masyarakat, kebiasaan atau adat istiadat, grup sosial,
organisasi sosial, pola komunikasi dan tingkat pendidikan masyarakat serta
struktur sosialnya.
Masyarakat (sebagai terjemahan istilah society) adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi tertutup (atau semi terbuka), dimana sebagian besar interaksi adalah antara individu-individu yang berada dalam kelompok tersebut. Lebih abstraknya, sebuah masyarakat adalah suatu jaringan hubungan-hubungan antar entitas-entitas. Masyarakat adalah sebuah komunitas yang interdependen (saling tergantung satu sama lain). Umumnya, istilah masyarakat digunakan untuk mengacu sekelompok orang yang hidup bersama dalam satu komunitas yang teratur.
Masyarakat pertanian yang bertempat tinggal di
pedesaan dalam kehidupan sehari-hari selalu melakukan hubungan satu dengan
lainya. Pola hubungan yang terjadi pada masyarakat desa dapat diketahui melalui
hubungan antar kelompok, individu dengan individu, dan individu dengan
kelompok. Secara konkret landasan utama untuk mempelajari sosiologi pertaniaan
adalah terjadinya proses sosial di dalam masyarakat. Proses sosial yangterjadi
pada masyarakat desa memiliki esensi yang sangat penting dalam menciptakan
suasana hubungan yang harmonis antarwarga.
Jika suatu daerah mempunyai suatu sistem regristasi yang baik, maka jumlah penduduk pada akhir suatu periode waktu dari suatu daerah yang bersangkutan dapat diperkirakan dengan menghitung jumlah penduduk pada suatu periode ditambah selisih antara kelahiran dan selisih antara yang akan datang dengan yang pindah atau pergi. Dalam masyarakat desa terdapat dua kelompok sosial ekonomi. Pertama, kelompok yang mampu melakukan usaha-usaha yang memberikan kehidupan yang relatif memadai untuk mereka sendiri. Mereka ini biasanya adalah orang-orang yang mempunyai lahan pertanian yang luas. Kedua adalah kelompok yang secara sosial ekonomi dikategorikan miskin karena tidak mampu mengangkat diri mereka sendiri pada tingkat yang disebut layak (Saidiharjo, 1974).
Dari situlah kita mencoba mengaitkan kajian teoritik dengan fakta yang dilakukan dengan terjun langsung kelapangan langsung serta mencoba membandingkan kehidupan desa dengan kota khususnya di desa yang kami kaji yaitu Desa Kebumen. Dan akhirnya kita bisa merumuskan tentang Bagaimana Sosiologi pertanian di Desa Kebumen Kecamatan Baturraden Kabupaten Banyumas.
2. Maksud dan Tujuan Praktikum
1.
Mengetahui secara langsung hubungan antara desa dan
kota.
2.
Mengetahui berbagai bentuk kerjasama dalam desa.
3.
Mengetahui pergerakan sosial atau mobilitas sosial
yang terjadi dalam masyarakat desa.
4.
Mengetahui proses masuknya teknologi baru ke desa dan
respon masyarakat terhadap teknologi tersebut.
BAB II
KEADAAN UMUM
DESA
1.
Letak Desa
Secara Administrasi desa Kebumen
termasuk dalam wilayah Kecamatan Baturraden, Kabupaten Banyumas, Provinsi Jawa
Tengah . Luas Desa Kebumen 229.572 Ha. Jarak Desa Kebumen dari pusat
pemerintahan Kecamatan 1,2 km, jarak dari pusat Ibukota Kabupaten 7 km, jarak dari
pusat Ibukota Provinsi 202 km, dan jarak dari pusat Ibukota 182 km, jarak dari
pusat Ibukota Negara 460 km. Desa Kebumen terdiri dari 2 Kadus, dan terdapat 28
RT dan 4 RW, dengan batas-batasnya sebagai berikut:
·
Sebelah Utara : Karang Tengah
·
Sebelah Selatan : Pamijen
·
Sebelah Timur : Karangnangka
·
Sebelah Barat : Rempoah, Kecamatan Kedung banten
Secara
geografis Desa Kebumen dilihat pada ketinggian tanah dari permukaan laut
terletak pada 290 meter, yang termasuk daerah dataran tinggi. Suhu udara
rata-rata pada Desa Kebumen adalah 27-32°C.
2.
Keadaan
Biogeofisik
Keadaan
tanah di Desa Kebumen merupakan tanah gembur yang sangat cocok untuk pertanian
dan perkebunan. Luas daerah Desa Kebumen sekitar 229.572
Ha,
dimana luas tanah sekitar 100 Ha digunakan untuk bercocok tanam, dan sisanya
digunakan untuk pemukiman warga dan tanah untuk fasilitas umum, seperti kolam,
sungai, jalan, lapangan, masjid, balai kesehatan, bangunan sekolah, dan
perkantoran pemerintahan.
Lahan pertanian di Desa Kebumen
mayoritas digunakan untuk menanam padi. Namun, tanaman yang ditanam tidak hanya
padi saja, melainkan ada juga tanaman jagung, palawija, sayur-sayuran, timun,
kedelai, cabai, pepaya, pisang, kacang-kacangan, tomat, umbi-umbian, pare, dan
bengkoang. Adapula pepohonan yang banyak tumbuh di sekitar pinggir jalan Desa
Kebumen, seperti pohon jati, pohon kelapa, dan pohon mahoni. Lahan pertanian
yang digunakan untuk menanam padi 92,45 Ha dan 25 Ha untuk jagung. Tanah kering
di desa yang digunakan untuk ladang/tegal sekitar 106,86 Ha.
Sistem pengairan di Desa Kebumen
tergantung irigasi dari aliran sungai. Aliran sungai selalu lancar setiap
tahun, tidak pernah kekeringan.
Keadaan flora dan fauna di Desa
Kebumen terjaga dengan baik, dimana keaslian habitatnya yang masih aman dan
terjaga, karena di desa tersebut polusi yang dapat mengancam keaslian habitat
flora dan fauna tersebut terhitung masih rendah.
3.
Sejarah
Desa
Menurut narasumber yang kami
wawancarai, yaitu bapak Suroso selaku kepala dusun I Desa Kebumen, tidak ada
yang mengetahui sejarah atau asal usul terbentuknya Desa Kebumen.
Pemilihan kepala Desa Kebumen
pertama kali diadakan pada tahun 1947 dan kepala desa yang terpilih yaitu S.
Atmo Sumarto yang kemudia menjadi kepala desa pertama di Desa Kebbumen. Beliau mempimpin
Desa Kebumen selama 41 tahun. Setelah masa jabatannya berakhir, diadakan
pemilihan kepala desa yang kedua pada tahun 1989 dan terpilihlah kepala desa
baru yaitu H. Bichin Gondo Sudarmono. Beliau menjadi kepala desa dari tahun
1989 sampai 1997. Selanjutnya diadakan lagi pemilihan kepala desa yang ketiga
kalinya dan kepala desa yang terpilih yaitu H. Muklis. Beliau menduduki jabatan
sebagai kepala desa periode 1998 sampai 2007. Setelah masa jabatan berakhir,
diadakan kembali pemilihan kepala desa yang keempat dan kepala desa yang
terpilih yaitu Slamet Sukisno, yang menjadi kepala desa pada periode 2007
sampai 2013. Setelah pemilihan kepala desa lagi, kembali terpilih Slamet
sukisno sebagai kepala desa periode 2013-2019.
Tabel 1.1. Kepala Desa
di Desa Kebumen
Periode
|
Nama Kepala
Desa
|
1947-1988
|
S. Atmo Sumarto
|
1989-1997
|
H. Bichin
Sudarmono
|
1998-2007
|
H. Muklis
|
2008-2013 /
2013-2019
|
Slamet Sukisno
|
4.
Penduduk
Jumlah penduduk Desa Kebumen adalah 3587orang.
Penduduk yang berjenis kelamin laki-laki sejumlah 1788 orang sedangkan yang
berjenis kelamin perempuan sejumlah 1799 orang. Dengan jumlah kepala keluarga
1089 kepala keluarga. Penduduk Desa Kebumen semuanya beragama islam dengan
jumlah penduduk yang memeluk agama islam sebanyak 3.587 orang. Adapun perincian
jumlah penduduk berdasarkan beberapa kategori lainnya adalah sebagai berikut:
a.
Jumlah
Penduduk
Menurut
Kelompok
Umur
Tabel 1.2. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur
Umur
|
Laki-laki
|
Perempuan
|
Jumlah
|
0 – 4
|
128
|
119
|
247
|
5 – 9
|
133
|
141
|
274
|
10 – 14
|
148
|
128
|
276
|
15 – 19
|
144
|
128
|
272
|
20 – 24
|
130
|
139
|
269
|
25 – 29
|
144
|
147
|
291
|
30 – 34
|
184
|
167
|
351
|
35 – 39
|
147
|
157
|
304
|
40 – 44
|
133
|
126
|
259
|
45 – 49
|
105
|
133
|
235
|
50 – 54
|
109
|
93
|
202
|
55 – 59
|
84
|
77
|
161
|
60 – 64
|
61
|
59
|
120
|
65 keatas
|
132
|
180
|
312
|
Penduduk
desa Kebumen yang berusia 30 sampai 34 tahun merupakan jumlah yang paling
banyak dengan jumlah 351 orang. Sedangkan yang jumlahnya paling sedikit adalah
penduduk berusia 60 sampai 64 dengan
jumlah 120 orang.
b.
Jumlah
Penduduk
Menurut
Mata
Pencaharian
Tabel 1.3. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian
Jenis
Pekerjaan
|
Laki-laki
|
Perempuan
|
|
Belum Bekerja
|
434 orang
|
410 orang
|
|
Buruh Harian Lepas
|
280 orang
|
32 orang
|
|
Buruh Tani
|
132 orang
|
49 orang
|
|
Ibu Rumah Tangga
|
0 orang
|
794 orang
|
|
Karyawan Swasta
|
244 orang
|
79 orang
|
|
Montir
|
1 orang
|
0 orang
|
|
Pegawai Negeri Sipil
|
19 orang
|
14 orang
|
|
Pelajar
|
277 orang
|
255 orang
|
|
Perangkat Desa
|
7 orang
|
1 orang
|
|
Petani
|
96 orang
|
34 orang
|
|
Peternak
|
2 orang
|
0 orang
|
|
POLRI
|
4 orang
|
0 orang
|
|
Tukang Batu
|
11 orang
|
0 orang
|
|
Wiraswasta
|
60 orang
|
19 orang
|
|
Jumlah
Total Penduduk
|
3.254 orang
|
Kebanyakan mata pencaharian penduduk di
Desa Kebumen adalah sebagai buruh harian lepas sejumlah 312 orang. Penduduk
yang belum mempunyai pekerjaan adalah yang paling banayk di desa, yaitu
sebanyak 844orang. Sedangkan mata pencaharian yang lain seperti pertukangan dan
jasa masih sedikit. Sehingga
dapat di tarik kesimpulan bahwa mayoritas mata pencaharian penduduk desa Kebumen
adalah di bidang pertanian.
5.
Kesehatan
Keadaan kesehatan warga Desa Kebumen
masih dalam keadaan normal. Dengan lingkungan yang cukup menunjang untuk hidup
sehat membuat warga jarang terkena serangan penyakit yang membahayakan.
Rata-rata penyakit yang diderita oleh masyarakat di Desa Kebumen adalah
penyakit influenza, batuk ringan, dan demam bisaa. Untuk penyakit berbahaya,
seperti flu burung dan demam berdarah jarang diderita oleh warga.
Sarana kesehatan yang ada di Desa
Kebumen terdapat 1 unit Poliklinik Kesehatan Desa (PKD), 6 unit Posyandu, 1
unit Puskesmas, 1 bidan desa, 1 dokter, dan 2 paramedis.
6.
Pendidikan
Tingkat pendidikan penduduk adalah sebagai berikut:
Tabel 1.4. Tingkat
Pendidikan Penduduk
No
|
Keterangan Pendidikan
|
Jumlah (Jiwa)
|
1.
|
Tidak / Belum
Sekolah
|
11
|
2.
|
Tidak Tamat SD
|
404
|
3.
|
Belum Tamat SD
/ Sederajat
|
51
|
4.
|
Pelajar
|
1
|
5.
|
Tamat SD
|
1440
|
6.
|
SLTP
|
553
|
7.
|
SLTA
|
517
|
8.
|
Diploma I/II
|
13
|
9.
|
Akademi/
Diploma III/ S.Muda
|
31
|
10.
|
Diploma IV/
Strata I
|
66
|
11.
|
Strata II
|
7
|
7.
Struktur Pemeritahan Desa
Susunan organisasi pemerintah Desa Kebumen Kecamatan Baturraden Kabupaten Banyumas

8. Struktur Ekonomi
Matapencaharian
utama masyarakat Desa Kebumen adalah sebagai petani. Sebanyak 50% lahan yang
digarap adalah milik sendiri dan 50% lainnya merupakan lahan sewaan. Sistem
pembayaran lahan sewaan ini adalah dengan sistem bagi hasil panen. Tanaman
pokok yang ditanaman di Desa Kebumen yaitu padi. Dalam satu tahun, dapat
terjadi 3 kali panen. Dalam menanam padi satu hektare sawah menghasilkan kira-kira
5 ton gabah basah. Gabah tersebut sebagian dijual dan sebagian dikonsumsi untuk
memenuhi kebutuhan pangan. Pemasaran gabah dilakukan dengan mendatangkan
tengkulak atau bisaanya tengkulak datang sendiri ke sawah ketika masa panen
tiba juga ada yang menjual ke KUD di desa, tergantung harga tertinggi yang
ditawarkan. Selain menanam tanaman pokok, petani juga menanam tanaman yang lain
seperti pepaya, cabe, terong, sawi, mentimun, dan jagung. Tanaman tersebut ada
sebagian yang ditanam dengan sitem tumpang sari. Adanya variasi tanaman akan
menambah pengasilan tanaman yang lain selain tanaman pokok tersebut.
Mata
pencaharian penduduk Desa Kebumen selain sebagai petani yaitu sebagai pedagang
dan wirausaha seperti membuka usaha meubel, bengkel, budidaya ikan, peternak
ayam dan ayam potong serta hortikultura. Meskipun usaha tersebut terbilang
masih kecil namun jika dikembangkan lebih lanjut memiliki prospek yang
menjanjikan. Terdapat satu pasar desa sebagai tempat berjalannya perekonomian,
ada juga toko-toko kecil/warung, pedagang asongan, perumahan tahu tempe.
Selain
itu, di Desa Kebumen juga terdapat lembaga-lembaga ekonomi seperti Badan
Perkreditan Rakyat (BKR), Koperasi Desa, lembaga-lembaga pertanian seperti Gapoktan
dan Kios Saprodi. Bank Perkreditan Rakyat merupakan lembaga perbankan resmi
yang melayani golongan pengusaha mikro, kecil dan menengah. Fungsi BPR secara
umum adalah sebagai badan usaha yang menghimpun dan menyalurkan dana
masyarakat, harus mampu menunjang modernisasi pedesaan dan memberikan layanan
jasa perbankan bagi golongan ekonomi lemah atau pengusaha kecil. Sebagian besar
pelayanan BPR diberikan kepada masyarakat yang bermodal kecil, yang sebagian
berada pada sektor informal, sehingga perbaikan kinerja baik keuangan,
manajemen, administrasi harus ditingkatkan kualitasnya. Kios Saprodi
menyediakan berbagai kebutuhan barang-barang pertanian seperti pupuk, benih,
pestisida dan lain sebagainya. Dengan adanya Kios Saprodi, petani lebih mudah
mendapatkan barang-barang yang dibutuhkan untuk bercocok tanam.
9.
Struktur
Sosial
Struktur sosial adalah keseluruhan jalinan antara
unsur-unsur sosial yang pokok, yaitu kaidah-kaidah sosial, lembaga-lembaga
sosial, kelompok-kelompok sosial, dan lapisan-lapisan sosial. Abdul Syani
menyebutkan bahwa struktur sosial memiliki berbagai ciri sebagai berikut :
1. Struktur
sosial mengacu pada hubungan-hubungan sosial yang pokok, yang dapat memberikan
bentuk dasar pada masyarakat dan memberikan batas-batas pada kegiatan yang
mungkin dilakukan oleh organisasi dalam masyarakat. Konsep sosial diterapkan
pada kegiatan setiap totalitas seperti lembaga-lembaga, kelompok, dan proses
sosial.
2. Struktur
sosial mencakup semua hubungan sosial antara individu-individu pada saat
tertentu. Oleh karena itu, struktur sosial dapat disebut sebagai aspek
non-proses dari sistem sosial. Dalam setiap sosial, struktur sosial cenderung
bersifat statis. Struktur sosial merupakan kerangka acuan yang utama dalam
setiap studi tentang keteraturan hubungan-hubungan sosial dalam masyarakat.
3.Struktur
sosial meliputi seluruh kebudayaan dalam masyarakat. Struktur sosial dapat
dipandang sebagai suatu hal yang ada pada setiap terjadinya hubungan sosial
antar manusia dalam kurun waktu tertentu.
4.Struktur
sosial merupakan realitas sosial yang bersifat statis dan memilliki kerangka
yang membentuk suatu tatanan.
5.Struktur
sosial merupakan tahapan perubahan dan perkembangan masyarakat yang mengandung
dua pengertian. Pertama, didalam struktur sosial terdapat peranan yang bersifat
empiris dalam proses perubahan dan perkembangan. Kedua, dalam setiap perubahan
dan perkembangan tersebut terdapat tahap perhentian dimana terjadi stabilitas,
keteraturan, dan integrasi sosial yang berkesinambungan sebelum kemudian
terancam oleh proses ketidakpuasan dalam tubuh masyarakat.
Desa Kebumen mempunyai beberapa lembaga-lembaga
sosial dan kelompok-kelompok sosial anatara lain Pemerintah Desa, RT, RW, BPD, Badan
Perkreditan Rakyat, Koperasi Desa, PKK, Posyandu, Gapoktan, Kios Saprodi,
Kelompok Pengajian, Kelompok Peternakan, kelompok perikanan, Dengan adanya
lembaga-lembaga dan kelompok-kelompok sosial maka akan terjalin hubungan sosial
antara masyarakat.
Hubungan kekerabatan masyarakat desa
sangatlah erat. Hal merupakan salah satu pembeda antara masyarakat desa dengan
masyarkat kota. Menurut Ferdinan Tonnies ciri kehidupan masyarakat desa
bersifat gemeinschaft yaitu bentuk kehidupan bersama dengan hubungan ikatan
batin secara murni, alamiah dan kekal, ciri utamanya adalah intimate (mesra),
private (pribadi terbatas pada beberapa orang saja), exclusive (hubungan hanya untuk
kita saja), dasarnya kesatuan perasaan bersama. Sementara itu kehidupan
masyarakat kota bersifat gesellschaft yang artinya kehidupan bersama dengan
ikatan lahiriah, sementara terbatas hubungan perjanjian atau kontrak,
kepentingan rasional dan kepentingan pribadi lebih utama. Rasa kekeluargaan di
lingkungan masyarakat desa Kebumen cukup kuat, namun gotong-royong di desa
sudah berkurang dan jarang terjadi. Warga desa lebih memilih bekerja sebagai
kuli yang dibayar, adapun gotong-royong saat panen jagung, warga ada yang mau
membantu pemanenan tetapi dengan membawa pohon jagung dan sisa panen untuk
pakan ternak.
Struktur sosial masyarakat Desa Kebumen
berdasarkan kepemilikan tanah dibedakan menjadi tuan tanah dan buruh. Keduanya
memiliki hubungan antara pemilik tanah dan penggarap. Tuan tanah menyediakan
tanah sedangkan buruh tani menjalakan kerja sebagai penggarap tanah. Tuan tanah
memiliki kedudukan yang tinggi di desa, disegani, dihormati dan bisaanya
memegang peranan penting dalam desa tersebut. Sementara itu, kedudukan buruh
tani lebih rendah dengan penghasilan yang didapat kadang buruh tani mencari
pekerjaan sampingan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Kehidupan
suatu masyarakat pasti memiliki dinamika, seperti Desa Kebumen memiliki
dinamika dalam kegiatan pertanian seperti adanya masalah mengenai hama. Masalah
yang sulit dihadapi adalah adanya hama tikus dan wereng yang sering mengganggu
tanaman padi. Meskipun berbagai cara telah dilakukan untuk mengatasi hama
tersebut, tapi belum berhasil untuk mengendalikannya.
BAB
III
HASIL
DAN PEMBAHASAN MATERI PRAKTIKUM
ACARA I
HUBUNGAN
DESA – KOTA
Konsep dan pengertian masyarakat dalam kajian sosiologi
memiliki 4 (empat) syarat, yaitu:
1.
Manusia
yang hidup bersama.
2.
Manusia
yang bercampur dalam kurun waktu yang cukup lama.
3.
Manusia
yang menyadari adanya satu kesatuan.
4.
Manusia
yang membentuk sistem hidup bersama serta menciptakan kebudayaan.
Oleh karena itu, sifat masyarakat adalah dinamis, selalu
berubah atau bergerak sesuai 4 (empat) syarat tersebut.
Sedangkan pengertian desa
menurut Paul H. Landis dalam Soekanto (1986) adalah tempat atau wilayah yang
dihuni oleh orang yang berjumlah kurang dari 2500 orang serta pergaulannya
ditandai oleh sifat keakraban, keramahan yang meluas dan merupakan pusat
kegiatan pertanian dalam arti luas. Sehingga secara konseptual terdapat
persamaan antara masyarakat desa dengan masyarakat pertanian.
Perbedaan-perbedaan
antara kota dengan desa, dapat dilihat melalui berbagai aspek :
1. Lingkungan
2. Mata
pencaharian
3. Jumlah
dan kepadatan penduduk
4. Deferensiasi
sosial
5. Strategi
sosial
6. Mobilitas
sosial
7. Interaksi
sosial
8. Solidaritas
sosial
9. Homogenitas
10. Gaya
hidup
11. Prasarana
dan teknologi
12. Kelembagaan
Pada sisi lain ada pengertian masyarakat kota atau
industri yang dicirikan sebagai masyarakat yang orang-orangnya sangat heterogen
atau variatif, pergaulannya bersifat kosmopolitan atau patembayan, pusat
kegiatannya pada bidang non pertanian. Namun demikian kedua masyarakat itu
secara faktual membentuk pola hubungan, yaitu pola hubungan desa-kota. Desa berhubungan
dengan kota melalui berbagai jaringan, baik yang bersifat material maupun non
material. Adapun gejala-gejala yang dapat mempererat hubungan desa-kota dapat
diamati melalui berbagai aspek atau bidang yang akan dibahas di bawah ini.
1. Masuknya
ekonomi uang ke desa
Mata pencaharian
penduduk desa Kediri sebagian besar adalah petani, selain petani, ada juga
pedagang, pegawai pemerintahan, dan guru. Perekonomian penduduk tergolong sebagai
perekonomian menengah ke atas karena letak desa dekat dengan kota. Masuknya
ekonomi uang ke desa adalah dari sektor pertanian. Karena penduduknya sebagian
besar adalah petani, maka sumber penghasilan terbesar adalah dari pemasaran
hasil atau produk pertanian, seperti padi, jagung,
cabai, kacang-kacangan dan tanaman palawija,
selain produk pertanian ada juga pemasukan ekonomi dari pembudidayaan perikanan
dan juga menjadi pegawai negri di Purwokerto.
2. Pemasaran
hasil-hasil pertanian ke kota
Pemasaran
hasil pertanian dari desa Kebumen ini tidak menentu karena adanya tengkulak dan
koperasi (KUD) di tingkat desa sama-sama aktif. Oleh karenanya, setelah panen
para petani menjual hasil panennya kepada para tengkulak ataupun koperasi, para
petani memilih harga yang tinggi di antara kpperasi dan tengkulak untuk menjual
hasil panen. Tengkulak memasarkan hasil panen tersebut sesuai kebutuhan
penduduk desa, apabila para penduduk sudah memesan, maka hasil panen dijual
kepada penduduk yang memesan (biasanya para perangkat desa). Setelah itu baru
sisanya dipasarkan ke lain desa atau ke pasar-pasar. Jika memungkinkan hasil
panen ini juga dapat dipasarkan ke kota kabupaten. Tetapi sebagian besar hasil
panen dari desa ini hanya untuk mencukupi kebutuhan penduduknya sendiri.
3. Tertariknya
tenaga kerja dari desa ke kota
Sebagian besar
penduduk adalah lulusan sekolah menengah atas (SMA) dan yang sederajat
(SMK/MAN/STM), ada juga lulusan Sarjana. Ketika lulus sekolah,
banyak pemuda desa yang tertarik bekerja di kota, baik
kota kabupaten maupun kota-kota besar untuk bekerja sesuai dengan skillnya (kemampuan) masing-masing. Para
lulusan SMK
dan Sarjana banyak yang memilih bekerja ke luar kota karena
untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Selain itu banyak juga para pemuda yang
menetap di desa untuk membantu orang tua mereka mengolah lahan pertanian.
4. Tertariknya
menyekolahkan anak-anak ke kota
Cukup banyak
para orang tua yang mempunyai keinginan untuk menyekolahkan anak-anaknya ke
kota. Tetapi biasanya hal tersebut terhambat oleh faktor biaya. Hanya para
orang tua yang cukup berada saja yang dapat menyekolahkan anak-anaknya ke
tingkat yang lebih tinggi (bangku kuliah). Hal itu juga apabila si anak mau
untuk melanjutkan studinya.
Selain itu,
para pemuda yang hendak melanjutkan sekolahnya biasanya enggan memilih untuk
masuk di fakultas pertanian. Mereka lebih berminat untuk memilih jurusan yang
kebanyakan orang memandang jika lulus dari jurusan tersebut, maka langsung
dapat bekerja. Pola pikir masyarakat atau penduduk desa
Kebumen ini sudah dibentuk
dan diarahkan untuk mengejar materi. Hal ini tidak dapat disalahkan karena para
orang tua otomatis ingin anaknya sukses, karena itu para pemuda yang baru lulus
SMA diarahkan untuk memilih jurusan-jurusan yang dapat dengan cepat
mendatangkan materi, sebagai contoh jurusan kependidikan atau kesehatan.
5. Pembentukan
organisasi modern di desa
Organisasi di desa
Kebumen terlalu banyak, organisasi yang terdapat pada desa
aktif dalam kegiatan-kegiatan. Organisasi-organisasi yang ada adalah Organisasi
Gapoktan, Organisasi Ngudimulyo 1, Organisasi Ngudimulyo 2, Organisasi
Ngudimulyo 3, dan Organisasi Ngudimulyo 4 yaitu Organisasi Kelompok Tani
Wanita, Organisasi Perternakan, Organisasi Usaha Bersama ada 3 kelompok yaitu
Raharja, Nilamakmur dan Nilamaju.
6. Bertambahnya
jaringan komunikasi massa
Para petani
dalam mengerjakan sawahnya sekali waktu diberikan penyuluhan oleh para penyuluh
yang didatangkan oleh desa. Tetapi karena kebanyakan dari petani di desa Kebumen adalah petani penggarap dengan sistem sewa, maka
apa yang diberikan oleh para penyuluh tidak terlalu diperhatikan. Oleh karena
itu, biasanya apa yang telah diberikan oleh para penyuluh diberikan dalam
bentuk tertulis dan ditempelkan di papan pengumuman yang ada di kelurahan atau
pusat kumpul-kumpul. Begitu juga apabila ada pengumuman-pengumuman tertentu.
7. Masuknya
teknologi pertanian ke desa
Teknologi-teknologi
pertanian yang sudah ada di desa Kebumen adalah penyuluhan-penyuluhan dari tim penyuluh desa
serta penggunaan mesin pertanian yaitu handtractor,
mesin perontok. Hal ini
cukup membawa manfaat bagi pengolahan pertanian, misalnya pengolahan tanah
menjadi lebih cepat selesai setelah penggunaan alat ini dan mempercepat proses
pemisahan antara batang dan padi. Dampak negatifnya hanyalah pada para petani
yang dulunya memakai tenaga hewan ternak, setelah adanya teknologi hewan-hewan
tersebut tidak dipakai.
Teknologi yang dugunakan di desa Kebumen yaitu
traktor, mesin rontok padi, dan mesin sedot air. Traktor tersebut merupakan traktor bantuan pemerintah
kepada para petani melalui pemerintah desa. Dalam penggunaanya traktor tersebut
tidak sepenuhnya diberikan kepada para petani langsung. Pengelolaan handtractor itu sendiri diserahkan
kepada desa, tidak diserahkan kepada petani langsung atau Gapoktan. Ketika
dikonfirmasikan kepada kepala desa Kebumen, hal tersebut dikarenakan apabila diserahkan
pengelolaannya kepada petani atau Gapoktan, ditakutkan terjadi hal-hal yang
tidak diinginkan, selain itu, menurut kepala desa penggunaan traktor harus
diawasi oleh desa, karena biaya operasionalnya bisa digunakan untuk perbaikan
kantor kepala desa.
Secara tradisional hubungan desa-kota
diindikasikan dengan adanya aliran produk atau jasa perkotaan yang harus
“dibayar” oleh masyarakat pedesaan melalui aliran dana atau kapital dari desa
ke kota. Kondisi ini secara umum dikenal dengan rendahnya nilai tukar (terms of
trade) produk atau jasa (dalam bentuk dana atau kapital) masyarakat perdesaan
terhadap produk atau jasa perkotaan. Pendekatan KDK diharapkan dapat menaikkan
nilai tukar produk atau jasa masyarakat perdesaan melalui:
(1) upaya memindahkan proses produksi dari kota ke desa
untuk meningkatkan produktivitas dan nilai tambah produk atau jasa yang
dihasilkan oleh masyarakat perdesaan melalui bantuan modal, sarana produksi dan
pelatihan.
(2)
memperpendek jalur produksi, distribusi, dan pemasaran produk atau jasa
masyarakat perdesaan untuk mengurangi biaya ekonomi tinggi melalui pembentukan
satuan partisipatif bagi pengembangan produk atau jasa secara spesifik. Jasa
ini dibangun di perkotaan.
(3)
memberikan akses yang lebih besar bagi masyarakat perdesaan terhadap
faktor-faktor produksi barang atau jasa seperti modal, bahan baku, teknologi,
sarana dan prasarana. Hal ini akan merangsang SDM di perdesaan untuk lebih
produktif dalam mengembangkan usahanya, sehingga desa memiliki daya tarik untuk
investasi produksi dan tenaga kerja. Disamping itu adanya dukungan informasi
khususnya informasi pasar.
Kota cukup
memberikan pengaruh kuat terhadap kelangsungan hidup penduduk desa, hal ini
dibuktikan dengan adanya kecenderungan penduduk desa yang lebih suka mencari
nafkah di kota dan bersekolah di kota. Hal ini dikarenakan oleh fasilitas desa
yang kurang memadai. Diharapkan, setelah para pemuda-pemuda tersebut menuai
sukses di kota, mereka kembali ke desanya dan memberikan kemajuan bagi desanya.
Sehingga tidak seperti pepatah kacang
lupa pada kulitnya.
Hubungan desa Kebumen dengan Kota tidak terlalu
terlihat karena sebagian besar kebutuhan masyarakat sudah dapat terpenuhi baik
sandang, pangan, maupun papan.
Adapun dari segi pendidikan, anak – anak yang mau
melanjutkan ke jenjang selanjutnya (SMA atau SMK sederajat) ke luar desa
misalnya dari Kebumen ke Purwokerto. Tidak hanya itu tenaga kerja yang ke kota
pun ada tetapi hanya sebagian warga yang tidak melanjutkan setelah lulus SMP, karena kebanyakan memilih untuk
bekerja menjadi buruh pembuatan bata daripada buruh tani.
ACARA III
MOBILITAS SOSIAL
Mobilitas
sosial diartikan sebagai suatu gerak perpindahan dari suatu kelas ke kelas
sosial lainnya (Soeroso,2008). Pada hakekatnya manusia sebagai makhluk individu
dan sosial berada dalam suatu proses gerak sosial, dari kelas sosial tertentu
ke kelas sosial lainnya. Hal ini disebabkan oleh faktor-faktor seperti
pendidikan, pekerjaan, pendapatan, dan kepemilikan material.
Di
desa tempat kami praktikum yaitu Desa Kebumen mobilitas sosial atau gerak
sosial sebagian tidak terjadi pada desa ini. Ketenagakerjaan rata-rata pada
desa ini yaitu buruh, tani, pedagang, PNS. Di Desa Kebumen terjadi mobilitas
sosial pada urbanisasi, hal ini banyak penduduk yang bertempat tinggal di
Kebumen adalah warga asli Kebumen, pendatang di desa ini juga sedikit dari
luar, hal ini disebabkan karena banyak warga yang sudah mempunyai pekerjaan
tetap, memiliki lahan baik untuk lahan pertanian maupun peternakan sehingga
mereka tidak ingin meninggalkan tempat tinggalnya.
Pada
bidang pendidikan dan ketenagakerjaan terjadi mobilitas sosial, khusunya pada
jenjang perguruan tinggi. Meskipun di Purwokerto ada banyak perguruan tinggi,
namun di desa Kebumen ini sebagian anaknya di sekolahkan ke Yogyakarta, dan
Solo yaitu di UGM dan UNS. Hal ini disebabkan, pemikiran orangtua yang
menginginkan kualitas pendidikan yang lebih baik serta jarak yang dekat
daripada ke Jakarta atau ke Bandung. Pada bidang ketenagakerjaan terjadi
mobilitas sosial, sebab banyak warga di desa ini bekerja ke kota sebagai PNS
baik pegawai swasta maupun guru, ada
juga yang berprofesi sebagai buruh, karena jumlah pendapatan di kota lebih
besar daripada di Desa Kebumen. Namun ada juga yang sebagia besar memilih
menetap dan bekerja di Desa Kebumen, karena alasan lebih nyaman tinggal di
desa, ada juga yang merantau ke kota tapi, balik lagi ke desa dan ada yang
bekerja mengolah lahan di sawah, dan mengolah ternak, ada yang membuka toko
(berwirausaha) sendiri
IV.
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
·
Hubungan antara Desa Kebumen dengan pusat kota sangat erat, terkait
dengan perkembangan di Desa Kebumen sendiri. Adapun gejala–gejala yang dapat
memperarat hubungan tersebut dapat diamati melalui aspek: masuknya ekonomi uang
ke desa, pemasaran hasil pertanian ke desa, masuknya barang konsumsi ke desa,
tertariknya tenaga kerja dari desa ke kota, menyekolahkan anak–anak ke kota,
pembentukan organisasi modern, bertambahnya jaringan komunikasi, dan masuknya
teknologi peertanian ke desa.
·
Masuknya teknologi baru dapat mengubah bentuk kerjasama yang terikat oleh
tradisi hal
ini terjadi karena para warganya mengadakan hubungan satu dengan lainya baik
dalam bentuk perorangan maupun kelompok sosial.
·
Gerak sosial yang terjadi di masyarakat
Desa Kebumen sudah nampak, baik mobilitas ketenagakerjaan, pekerjaan maupun
tempat tinggal/urbanisasi, kemungkinan karena jarak yang dekat dengan kota,
sehingga warga sudah ada keinginan untuk merubah kehidupannya.
·
Teknologi
pertanian ini diusahakan oleh anggota Kelompok Tani Desa Kebumen melihat potensi lahan di Desa Kebumen yang masih banyak lahan pertaniannya dengan tanah yang
subur. Tujuannya untuk meningkatkan hasil tani sehingga bisa berswasembada dan
pengembangan agribisnis pedesaaan. Masyarakat sangat terbuka dan antusias jika
ada pengenalan teknologi pertanian baru, namun mereka cenderung ingin yang
instan atau mentalitasnya masih rendah.
2. Saran
Desa Kebumen sudah sedikit maju dibandingkan desa lain dalam
pertaniannya, namun tidak hanya kuantitas hasil pertanian yang
ditingkatkan peningkatan dalam kualitas
hasil pertanian juga harus dilakuakan. Infrastruktur yang ada di Desa Kebumen perlu dilakukan perbaikan, seperti akses jalan menuju
Desa Kebumen yang beberapa jalan nampak tidak rata. Selain itu di
Desa Kebumen sudah ada gapoktan yang menunjang peningkatan kemajuan
pertanian, sehingga harus ada peningkatan kerjasama antar
anggota kelompok tani dan antar kelompok tani dalam
gapoktan sehingga terjadi interaksi yang baik untuk kemajuan desa.
DAFTAR PUSTAKA
Perintah
Desa Kebumen. 2014. Gambaran Umum Desa Kebumen
Kecamatan Baturraden Kabupaten Banyumas. Kebumen. Banyumas
Saidiharjo,
P. 1974. Pengantar Ilmu Sosiologi. Bina
Ilmu. Surabaya
Soekanto,
S. 1986. Sosiologi Suatu Pengantar. CV. Rajawali, Jakarta.
Soeroso,
A. 2008. Sosiologi 2. Erlangga,
Jakarta.
Widarni,
S. 1997. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemuda Desa Bekerja di Sektor
Non-Pertanian. Thesis S2 Unpad, Bandung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar