Minggu, 22 Mei 2016

LAPORAN PRAKTIKUM SOSIOLOGI PERTANIAN



BAB I
PENDAHULUAN

    1.      Latar Belakang
Secara harfiah istilah-istilah sosiologi berasal dari dua kata yakni Socius (Latin) yang berarti teman atau kawan. Dapat juga diartikan sebagai pergaulan hidup manusia atau masayarakat, dan logos (Yunani) yang berarti ilmu. Ilmu-ilmu sosial dinamakan demikian oleh karena ilmu-ilmu tersebut mengambil masyarakat atau kehidupan bersama sebagai obyek yang dipelajarainya.
Sosiologi pertanian adalah suatu pengetahuan sistematis dari suatu hasil penerapan metode ilmu dalam mempelajari masyarakat pedesaan, struktur sosial dan organisasi sosial, dan juga sistem perubahan dasar masyarakat dan proses perubahan sosial yang terjadi. Tapi dalam pengertian ini tidak hanya cukup mempelajari saja, tetapi kita harus benar-benar paham tentang penyebab terjadinya dan dampak atau akibat dari segala tindakan sosial yang terdapat pada desa tersebut (Widarni, 2011).
Sosiologi pertanian cenderung mengarah pada kehidupan keluarga petani yang mencakup dalam hubungannya dengan kegiatan pertanian di kehidupan bermasyarakat, misalnya tentang pola-pola pertanian, kesejahteraan masyarakat, kebiasaan atau adat istiadat, grup sosial, organisasi sosial, pola komunikasi dan tingkat pendidikan masyarakat serta struktur sosialnya.
Masyarakat (sebagai terjemahan istilah society) adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi tertutup (atau semi terbuka), dimana sebagian besar interaksi adalah antara individu-individu yang berada dalam kelompok tersebut. Lebih abstraknya, sebuah masyarakat adalah suatu jaringan hubungan-hubungan antar entitas-entitas. Masyarakat adalah sebuah komunitas yang interdependen (saling tergantung satu sama lain). Umumnya, istilah masyarakat digunakan untuk mengacu sekelompok orang yang hidup bersama dalam satu komunitas yang teratur.
Masyarakat pertanian yang bertempat tinggal di pedesaan dalam kehidupan sehari-hari selalu melakukan hubungan satu dengan lainya. Pola hubungan yang terjadi pada masyarakat desa dapat diketahui melalui hubungan antar kelompok, individu dengan individu, dan individu dengan kelompok. Secara konkret landasan utama untuk mempelajari sosiologi pertaniaan adalah terjadinya proses sosial di dalam masyarakat. Proses sosial yangterjadi pada masyarakat desa memiliki esensi yang sangat penting dalam menciptakan suasana hubungan yang harmonis antarwarga.
Jika suatu daerah mempunyai suatu sistem regristasi yang baik, maka jumlah penduduk pada akhir suatu periode waktu dari suatu daerah yang bersangkutan dapat diperkirakan dengan menghitung jumlah penduduk pada suatu periode ditambah selisih antara kelahiran dan selisih antara yang akan datang dengan yang pindah atau pergi. Dalam masyarakat desa terdapat dua kelompok sosial ekonomi. Pertama, kelompok yang mampu melakukan usaha-usaha yang memberikan kehidupan yang relatif memadai untuk mereka sendiri. Mereka ini biasanya adalah orang-orang yang mempunyai lahan pertanian yang luas. Kedua adalah kelompok yang secara sosial ekonomi dikategorikan miskin karena tidak mampu mengangkat diri mereka sendiri pada tingkat yang disebut layak (Saidiharjo, 1974).
Dari situlah kita mencoba mengaitkan kajian teoritik dengan fakta yang dilakukan dengan terjun langsung kelapangan langsung serta mencoba membandingkan kehidupan desa dengan kota khususnya di desa yang kami kaji yaitu Desa Kebumen. Dan akhirnya kita bisa merumuskan tentang Bagaimana Sosiologi pertanian di Desa Kebumen Kecamatan Baturraden Kabupaten Banyumas.

   2.      Maksud dan Tujuan Praktikum
1.        Mengetahui secara langsung hubungan antara desa dan kota.
2.        Mengetahui berbagai bentuk kerjasama dalam desa.
3.        Mengetahui pergerakan sosial atau mobilitas sosial yang terjadi dalam masyarakat desa.
4.        Mengetahui proses masuknya teknologi baru ke desa dan respon masyarakat terhadap teknologi tersebut.



BAB II
KEADAAN UMUM DESA
1.      Letak Desa
Secara Administrasi desa Kebumen termasuk dalam wilayah Kecamatan Baturraden, Kabupaten Banyumas, Provinsi Jawa Tengah . Luas Desa Kebumen 229.572 Ha. Jarak Desa Kebumen dari pusat pemerintahan Kecamatan 1,2 km, jarak dari pusat Ibukota Kabupaten 7 km, jarak dari pusat Ibukota Provinsi 202 km, dan jarak dari pusat Ibukota 182 km, jarak dari pusat Ibukota Negara 460 km. Desa Kebumen terdiri dari 2 Kadus, dan terdapat 28 RT dan 4 RW, dengan batas-batasnya sebagai berikut:
·   Sebelah Utara              : Karang Tengah
·   Sebelah Selatan           : Pamijen
·   Sebelah Timur             : Karangnangka
·   Sebelah Barat              : Rempoah, Kecamatan Kedung banten
              Secara geografis Desa Kebumen dilihat pada ketinggian tanah dari permukaan laut terletak pada 290 meter, yang termasuk daerah dataran tinggi. Suhu udara rata-rata pada Desa Kebumen adalah 27-32°C.
2.      Keadaan Biogeofisik
                Keadaan tanah di Desa Kebumen merupakan tanah gembur yang sangat cocok untuk pertanian dan perkebunan. Luas daerah Desa Kebumen sekitar  229.572 Ha, dimana luas tanah sekitar 100 Ha digunakan untuk bercocok tanam, dan sisanya digunakan untuk pemukiman warga dan tanah untuk fasilitas umum, seperti kolam, sungai, jalan, lapangan, masjid, balai kesehatan, bangunan sekolah, dan perkantoran pemerintahan.
                Lahan pertanian di Desa Kebumen mayoritas digunakan untuk menanam padi. Namun, tanaman yang ditanam tidak hanya padi saja, melainkan ada juga tanaman jagung, palawija, sayur-sayuran, timun, kedelai, cabai, pepaya, pisang, kacang-kacangan, tomat, umbi-umbian, pare, dan bengkoang. Adapula pepohonan yang banyak tumbuh di sekitar pinggir jalan Desa Kebumen, seperti pohon jati, pohon kelapa, dan pohon mahoni. Lahan pertanian yang digunakan untuk menanam padi 92,45 Ha dan 25 Ha untuk jagung. Tanah kering di desa yang digunakan untuk ladang/tegal sekitar 106,86 Ha.
                Sistem pengairan di Desa Kebumen tergantung irigasi dari aliran sungai. Aliran sungai selalu lancar setiap tahun, tidak pernah kekeringan.
                Keadaan flora dan fauna di Desa Kebumen terjaga dengan baik, dimana keaslian habitatnya yang masih aman dan terjaga, karena di desa tersebut polusi yang dapat mengancam keaslian habitat flora dan fauna tersebut terhitung masih rendah.
3.      Sejarah Desa
                Menurut narasumber yang kami wawancarai, yaitu bapak Suroso selaku kepala dusun I Desa Kebumen, tidak ada yang mengetahui sejarah atau asal usul terbentuknya Desa Kebumen.
                Pemilihan kepala Desa Kebumen pertama kali diadakan pada tahun 1947 dan kepala desa yang terpilih yaitu S. Atmo Sumarto yang kemudia menjadi kepala desa pertama di Desa Kebbumen. Beliau mempimpin Desa Kebumen selama 41 tahun. Setelah masa jabatannya berakhir, diadakan pemilihan kepala desa yang kedua pada tahun 1989 dan terpilihlah kepala desa baru yaitu H. Bichin Gondo Sudarmono. Beliau menjadi kepala desa dari tahun 1989 sampai 1997. Selanjutnya diadakan lagi pemilihan kepala desa yang ketiga kalinya dan kepala desa yang terpilih yaitu H. Muklis. Beliau menduduki jabatan sebagai kepala desa periode 1998 sampai 2007. Setelah masa jabatan berakhir, diadakan kembali pemilihan kepala desa yang keempat dan kepala desa yang terpilih yaitu Slamet Sukisno, yang menjadi kepala desa pada periode 2007 sampai 2013. Setelah pemilihan kepala desa lagi, kembali terpilih Slamet sukisno sebagai kepala desa periode 2013-2019.
Tabel 1.1. Kepala Desa di Desa Kebumen
Periode
Nama Kepala Desa
1947-1988
S. Atmo Sumarto
1989-1997
H. Bichin Sudarmono
1998-2007
H. Muklis
2008-2013 / 2013-2019
Slamet Sukisno

4.      Penduduk
Jumlah penduduk Desa Kebumen adalah 3587orang. Penduduk yang berjenis kelamin laki-laki sejumlah 1788 orang sedangkan yang berjenis kelamin perempuan sejumlah 1799 orang. Dengan jumlah kepala keluarga 1089 kepala keluarga. Penduduk Desa Kebumen semuanya beragama islam dengan jumlah penduduk yang memeluk agama islam sebanyak 3.587 orang. Adapun perincian jumlah penduduk berdasarkan beberapa kategori lainnya adalah sebagai berikut:
a.      Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur
Tabel 1.2. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur
Umur
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
0 – 4
128
119
247
5 – 9
133
141
274
10 – 14
148
128
276
15 – 19
144
128
272
20 – 24
130
139
269
25 – 29
144
147
291
30 – 34
184
167
351
35 – 39
147
157
304
40 – 44
133
126
259
45 – 49
105
133
235
50 – 54
109
93
202
55 – 59
84
77
161
60 – 64
61
59
120
65 keatas
132
180
312
Penduduk desa Kebumen yang berusia 30 sampai 34 tahun merupakan jumlah yang paling banyak dengan jumlah 351 orang. Sedangkan yang jumlahnya paling sedikit adalah penduduk  berusia 60 sampai 64 dengan jumlah 120 orang.
b.      Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian
Tabel 1.3. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian
Jenis Pekerjaan
Laki-laki
Perempuan

Belum Bekerja
434 orang
410 orang

Buruh Harian Lepas
280 orang
32 orang

Buruh Tani
132 orang
49 orang

Ibu Rumah Tangga
0 orang
794 orang

Karyawan Swasta
244 orang
79 orang

Montir
1 orang
0 orang

Pegawai Negeri Sipil
19 orang
14 orang

Pelajar
277 orang
255 orang

Perangkat Desa
7 orang
1 orang

Petani
96 orang
34 orang

Peternak
2 orang
0 orang

POLRI
4 orang
0 orang

Tukang Batu
11 orang
0 orang

Wiraswasta
60 orang
19 orang

Jumlah Total Penduduk
3.254 orang

Kebanyakan mata pencaharian penduduk di Desa Kebumen adalah sebagai buruh harian lepas sejumlah 312 orang. Penduduk yang belum mempunyai pekerjaan adalah yang paling banayk di desa, yaitu sebanyak 844orang. Sedangkan mata pencaharian yang lain seperti pertukangan dan jasa masih sedikit. Sehingga dapat di tarik kesimpulan bahwa mayoritas mata pencaharian penduduk desa Kebumen adalah di bidang pertanian.
5.      Kesehatan
Keadaan kesehatan warga Desa Kebumen masih dalam keadaan normal. Dengan lingkungan yang cukup menunjang untuk hidup sehat membuat warga jarang terkena serangan penyakit yang membahayakan. Rata-rata penyakit yang diderita oleh masyarakat di Desa Kebumen adalah penyakit influenza, batuk ringan, dan demam bisaa. Untuk penyakit berbahaya, seperti flu burung dan demam berdarah jarang diderita oleh warga.
Sarana kesehatan yang ada di Desa Kebumen terdapat 1 unit Poliklinik Kesehatan Desa (PKD), 6 unit Posyandu, 1 unit Puskesmas, 1 bidan desa, 1 dokter, dan 2 paramedis.
6.      Pendidikan
Tingkat pendidikan penduduk adalah sebagai berikut:
Tabel 1.4. Tingkat Pendidikan Penduduk
No
Keterangan Pendidikan
Jumlah (Jiwa)
1.
Tidak / Belum Sekolah
11
2.
Tidak Tamat SD
404
3.
Belum Tamat SD / Sederajat
51
4.
Pelajar
1
5.
Tamat SD
1440
6.
SLTP
553
7.
SLTA
517
8.
Diploma I/II
13
9.
Akademi/ Diploma III/ S.Muda
31
10.
Diploma IV/ Strata I
66
11.
Strata II
7

7.      Struktur Pemeritahan Desa
Susunan organisasi pemerintah Desa Kebumen Kecamatan Baturraden Kabupaten Banyumas
 









8.      Struktur Ekonomi
Matapencaharian utama masyarakat Desa Kebumen adalah sebagai petani. Sebanyak 50% lahan yang digarap adalah milik sendiri dan 50% lainnya merupakan lahan sewaan. Sistem pembayaran lahan sewaan ini adalah dengan sistem bagi hasil panen. Tanaman pokok yang ditanaman di Desa Kebumen yaitu padi. Dalam satu tahun, dapat terjadi 3 kali panen. Dalam menanam padi satu hektare sawah menghasilkan kira-kira 5 ton gabah basah. Gabah tersebut sebagian dijual dan sebagian dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan pangan. Pemasaran gabah dilakukan dengan mendatangkan tengkulak atau bisaanya tengkulak datang sendiri ke sawah ketika masa panen tiba juga ada yang menjual ke KUD di desa, tergantung harga tertinggi yang ditawarkan. Selain menanam tanaman pokok, petani juga menanam tanaman yang lain seperti pepaya, cabe, terong, sawi, mentimun, dan jagung. Tanaman tersebut ada sebagian yang ditanam dengan sitem tumpang sari. Adanya variasi tanaman akan menambah pengasilan tanaman yang lain selain tanaman pokok tersebut.
Mata pencaharian penduduk Desa Kebumen selain sebagai petani yaitu sebagai pedagang dan wirausaha seperti membuka usaha meubel, bengkel, budidaya ikan, peternak ayam dan ayam potong serta hortikultura. Meskipun usaha tersebut terbilang masih kecil namun jika dikembangkan lebih lanjut memiliki prospek yang menjanjikan. Terdapat satu pasar desa sebagai tempat berjalannya perekonomian, ada juga toko-toko kecil/warung, pedagang asongan, perumahan tahu tempe.
Selain itu, di Desa Kebumen juga terdapat lembaga-lembaga ekonomi seperti Badan Perkreditan Rakyat (BKR), Koperasi Desa, lembaga-lembaga pertanian seperti Gapoktan dan Kios Saprodi. Bank Perkreditan Rakyat merupakan lembaga perbankan resmi yang melayani golongan pengusaha mikro, kecil dan menengah. Fungsi BPR secara umum adalah sebagai badan usaha yang menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat, harus mampu menunjang modernisasi pedesaan dan memberikan layanan jasa perbankan bagi golongan ekonomi lemah atau pengusaha kecil. Sebagian besar pelayanan BPR diberikan kepada masyarakat yang bermodal kecil, yang sebagian berada pada sektor informal, sehingga perbaikan kinerja baik keuangan, manajemen, administrasi harus ditingkatkan kualitasnya. Kios Saprodi menyediakan berbagai kebutuhan barang-barang pertanian seperti pupuk, benih, pestisida dan lain sebagainya. Dengan adanya Kios Saprodi, petani lebih mudah mendapatkan barang-barang yang dibutuhkan untuk bercocok tanam.
9.      Struktur Sosial
Struktur sosial adalah keseluruhan jalinan antara unsur-unsur sosial yang pokok, yaitu kaidah-kaidah sosial, lembaga-lembaga sosial, kelompok-kelompok sosial, dan lapisan-lapisan sosial. Abdul Syani menyebutkan bahwa struktur sosial memiliki berbagai ciri sebagai berikut :
  1. Struktur sosial mengacu pada hubungan-hubungan sosial yang pokok, yang dapat memberikan bentuk dasar pada masyarakat dan memberikan batas-batas pada kegiatan yang mungkin dilakukan oleh organisasi dalam masyarakat. Konsep sosial diterapkan pada kegiatan setiap totalitas seperti lembaga-lembaga, kelompok, dan proses sosial.
   2. Struktur sosial mencakup semua hubungan sosial antara individu-individu pada saat tertentu. Oleh karena itu, struktur sosial dapat disebut sebagai aspek non-proses dari sistem sosial. Dalam setiap sosial, struktur sosial cenderung bersifat statis. Struktur sosial merupakan kerangka acuan yang utama dalam setiap studi tentang keteraturan hubungan-hubungan sosial dalam masyarakat.
   3.Struktur sosial meliputi seluruh kebudayaan dalam masyarakat. Struktur sosial dapat dipandang sebagai suatu hal yang ada pada setiap terjadinya hubungan sosial antar manusia dalam kurun waktu tertentu.
   4.Struktur sosial merupakan realitas sosial yang bersifat statis dan memilliki kerangka yang membentuk suatu tatanan.
  5.Struktur sosial merupakan tahapan perubahan dan perkembangan masyarakat yang mengandung dua pengertian. Pertama, didalam struktur sosial terdapat peranan yang bersifat empiris dalam proses perubahan dan perkembangan. Kedua, dalam setiap perubahan dan perkembangan tersebut terdapat tahap perhentian dimana terjadi stabilitas, keteraturan, dan integrasi sosial yang berkesinambungan sebelum kemudian terancam oleh proses ketidakpuasan dalam tubuh masyarakat.
Desa Kebumen mempunyai beberapa lembaga-lembaga sosial dan kelompok-kelompok sosial anatara lain Pemerintah Desa, RT, RW, BPD, Badan Perkreditan Rakyat, Koperasi Desa, PKK, Posyandu, Gapoktan, Kios Saprodi, Kelompok Pengajian, Kelompok Peternakan, kelompok perikanan, Dengan adanya lembaga-lembaga dan kelompok-kelompok sosial maka akan terjalin hubungan sosial antara masyarakat.
Hubungan kekerabatan masyarakat desa sangatlah erat. Hal merupakan salah satu pembeda antara masyarakat desa dengan masyarkat kota. Menurut Ferdinan Tonnies ciri kehidupan masyarakat desa bersifat gemeinschaft yaitu bentuk kehidupan bersama dengan hubungan ikatan batin secara murni, alamiah dan kekal, ciri utamanya adalah intimate (mesra), private (pribadi terbatas pada beberapa orang saja), exclusive (hubungan hanya untuk kita saja), dasarnya kesatuan perasaan bersama. Sementara itu kehidupan masyarakat kota bersifat gesellschaft yang artinya kehidupan bersama dengan ikatan lahiriah, sementara terbatas hubungan perjanjian atau kontrak, kepentingan rasional dan kepentingan pribadi lebih utama. Rasa kekeluargaan di lingkungan masyarakat desa Kebumen cukup kuat, namun gotong-royong di desa sudah berkurang dan jarang terjadi. Warga desa lebih memilih bekerja sebagai kuli yang dibayar, adapun gotong-royong saat panen jagung, warga ada yang mau membantu pemanenan tetapi dengan membawa pohon jagung dan sisa panen untuk pakan ternak.
Struktur sosial masyarakat Desa Kebumen berdasarkan kepemilikan tanah dibedakan menjadi tuan tanah dan buruh. Keduanya memiliki hubungan antara pemilik tanah dan penggarap. Tuan tanah menyediakan tanah sedangkan buruh tani menjalakan kerja sebagai penggarap tanah. Tuan tanah memiliki kedudukan yang tinggi di desa, disegani, dihormati dan bisaanya memegang peranan penting dalam desa tersebut. Sementara itu, kedudukan buruh tani lebih rendah dengan penghasilan yang didapat kadang buruh tani mencari pekerjaan sampingan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Kehidupan suatu masyarakat pasti memiliki dinamika, seperti Desa Kebumen memiliki dinamika dalam kegiatan pertanian seperti adanya masalah mengenai hama. Masalah yang sulit dihadapi adalah adanya hama tikus dan wereng yang sering mengganggu tanaman padi. Meskipun berbagai cara telah dilakukan untuk mengatasi hama tersebut, tapi belum berhasil untuk mengendalikannya.


BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN MATERI PRAKTIKUM
ACARA I
HUBUNGAN DESA – KOTA

Konsep dan pengertian masyarakat dalam kajian sosiologi memiliki 4 (empat) syarat, yaitu:
1.      Manusia yang hidup bersama.
2.      Manusia yang bercampur dalam kurun waktu yang cukup lama.
3.      Manusia yang menyadari adanya satu kesatuan.
4.      Manusia yang membentuk sistem hidup bersama serta menciptakan kebudayaan.
Oleh karena itu, sifat masyarakat adalah dinamis, selalu berubah atau bergerak sesuai 4 (empat) syarat tersebut.
Sedangkan pengertian desa menurut Paul H. Landis dalam Soekanto (1986) adalah tempat atau wilayah yang dihuni oleh orang yang berjumlah kurang dari 2500 orang serta pergaulannya ditandai oleh sifat keakraban, keramahan yang meluas dan merupakan pusat kegiatan pertanian dalam arti luas. Sehingga secara konseptual terdapat persamaan antara masyarakat desa dengan masyarakat pertanian.
Perbedaan-perbedaan antara kota dengan desa, dapat dilihat melalui berbagai aspek :
1.      Lingkungan
2.      Mata pencaharian
3.      Jumlah dan kepadatan penduduk
4.      Deferensiasi sosial
5.      Strategi sosial
6.      Mobilitas sosial
7.      Interaksi sosial
8.      Solidaritas sosial
9.      Homogenitas
10.  Gaya hidup
11.  Prasarana dan teknologi
12.  Kelembagaan
Pada sisi lain ada pengertian masyarakat kota atau industri yang dicirikan sebagai masyarakat yang orang-orangnya sangat heterogen atau variatif, pergaulannya bersifat kosmopolitan atau patembayan, pusat kegiatannya pada bidang non pertanian. Namun demikian kedua masyarakat itu secara faktual membentuk pola hubungan, yaitu pola hubungan desa-kota. Desa berhubungan dengan kota melalui berbagai jaringan, baik yang bersifat material maupun non material. Adapun gejala-gejala yang dapat mempererat hubungan desa-kota dapat diamati melalui berbagai aspek atau bidang yang akan dibahas di bawah ini.
1.      Masuknya ekonomi uang ke desa
Mata pencaharian penduduk desa Kediri sebagian besar adalah petani, selain petani, ada juga pedagang, pegawai pemerintahan, dan guru. Perekonomian penduduk tergolong sebagai perekonomian menengah ke atas karena letak desa dekat dengan kota. Masuknya ekonomi uang ke desa adalah dari sektor pertanian. Karena penduduknya sebagian besar adalah petani, maka sumber penghasilan terbesar adalah dari pemasaran hasil atau produk pertanian, seperti padi, jagung, cabai, kacang-kacangan dan tanaman palawija, selain produk pertanian ada juga pemasukan ekonomi dari pembudidayaan perikanan dan juga menjadi pegawai negri di Purwokerto.  
2.      Pemasaran hasil-hasil pertanian ke kota
Pemasaran hasil pertanian dari desa Kebumen ini tidak menentu karena adanya tengkulak dan koperasi (KUD) di tingkat desa sama-sama aktif. Oleh karenanya, setelah panen para petani menjual hasil panennya kepada para tengkulak ataupun koperasi, para petani memilih harga yang tinggi di antara kpperasi dan tengkulak untuk menjual hasil panen. Tengkulak memasarkan hasil panen tersebut sesuai kebutuhan penduduk desa, apabila para penduduk sudah memesan, maka hasil panen dijual kepada penduduk yang memesan (biasanya para perangkat desa). Setelah itu baru sisanya dipasarkan ke lain desa atau ke pasar-pasar. Jika memungkinkan hasil panen ini juga dapat dipasarkan ke kota kabupaten. Tetapi sebagian besar hasil panen dari desa ini hanya untuk mencukupi kebutuhan penduduknya sendiri.
3.      Tertariknya tenaga kerja dari desa ke kota
Sebagian besar penduduk adalah lulusan sekolah menengah atas (SMA) dan yang sederajat (SMK/MAN/STM), ada juga lulusan Sarjana. Ketika lulus sekolah, banyak pemuda desa yang tertarik bekerja di kota, baik kota kabupaten maupun kota-kota besar untuk bekerja sesuai dengan skillnya (kemampuan) masing-masing. Para lulusan SMK dan Sarjana banyak yang memilih bekerja ke luar kota karena untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Selain itu banyak juga para pemuda yang menetap di desa untuk membantu orang tua mereka mengolah lahan pertanian.
4.      Tertariknya menyekolahkan anak-anak ke kota
Cukup banyak para orang tua yang mempunyai keinginan untuk menyekolahkan anak-anaknya ke kota. Tetapi biasanya hal tersebut terhambat oleh faktor biaya. Hanya para orang tua yang cukup berada saja yang dapat menyekolahkan anak-anaknya ke tingkat yang lebih tinggi (bangku kuliah). Hal itu juga apabila si anak mau untuk melanjutkan studinya.
Selain itu, para pemuda yang hendak melanjutkan sekolahnya biasanya enggan memilih untuk masuk di fakultas pertanian. Mereka lebih berminat untuk memilih jurusan yang kebanyakan orang memandang jika lulus dari jurusan tersebut, maka langsung dapat bekerja. Pola pikir masyarakat atau penduduk desa Kebumen ini sudah dibentuk dan diarahkan untuk mengejar materi. Hal ini tidak dapat disalahkan karena para orang tua otomatis ingin anaknya sukses, karena itu para pemuda yang baru lulus SMA diarahkan untuk memilih jurusan-jurusan yang dapat dengan cepat mendatangkan materi, sebagai contoh jurusan kependidikan atau kesehatan.


5.      Pembentukan organisasi modern di desa
Organisasi di desa Kebumen terlalu banyak, organisasi yang terdapat pada desa aktif dalam kegiatan-kegiatan. Organisasi-organisasi yang ada adalah Organisasi Gapoktan, Organisasi Ngudimulyo 1, Organisasi Ngudimulyo 2, Organisasi Ngudimulyo 3, dan Organisasi Ngudimulyo 4 yaitu Organisasi Kelompok Tani Wanita, Organisasi Perternakan, Organisasi Usaha Bersama ada 3 kelompok yaitu Raharja, Nilamakmur dan Nilamaju.
6.      Bertambahnya jaringan komunikasi massa
Para petani dalam mengerjakan sawahnya sekali waktu diberikan penyuluhan oleh para penyuluh yang didatangkan oleh desa. Tetapi karena kebanyakan dari petani di desa Kebumen adalah petani penggarap dengan sistem sewa, maka apa yang diberikan oleh para penyuluh tidak terlalu diperhatikan. Oleh karena itu, biasanya apa yang telah diberikan oleh para penyuluh diberikan dalam bentuk tertulis dan ditempelkan di papan pengumuman yang ada di kelurahan atau pusat kumpul-kumpul. Begitu juga apabila ada pengumuman-pengumuman tertentu.
7.      Masuknya teknologi pertanian ke desa
Teknologi-teknologi pertanian yang sudah ada di desa Kebumen adalah penyuluhan-penyuluhan dari tim penyuluh desa serta penggunaan mesin pertanian yaitu handtractor, mesin perontok. Hal ini cukup membawa manfaat bagi pengolahan pertanian, misalnya pengolahan tanah menjadi lebih cepat selesai setelah penggunaan alat ini dan mempercepat proses pemisahan antara batang dan padi. Dampak negatifnya hanyalah pada para petani yang dulunya memakai tenaga hewan ternak, setelah adanya teknologi hewan-hewan tersebut tidak dipakai.
 Teknologi yang dugunakan di desa Kebumen yaitu traktor, mesin rontok padi, dan mesin sedot air. Traktor tersebut merupakan traktor bantuan pemerintah kepada para petani melalui pemerintah desa. Dalam penggunaanya traktor tersebut tidak sepenuhnya diberikan kepada para petani langsung. Pengelolaan handtractor itu sendiri diserahkan kepada desa, tidak diserahkan kepada petani langsung atau Gapoktan. Ketika dikonfirmasikan kepada kepala desa Kebumen, hal tersebut dikarenakan apabila diserahkan pengelolaannya kepada petani atau Gapoktan, ditakutkan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, selain itu, menurut kepala desa penggunaan traktor harus diawasi oleh desa, karena biaya operasionalnya bisa digunakan untuk perbaikan kantor kepala desa.
Secara tradisional hubungan desa-kota diindikasikan dengan adanya aliran produk atau jasa perkotaan yang harus “dibayar” oleh masyarakat pedesaan melalui aliran dana atau kapital dari desa ke kota. Kondisi ini secara umum dikenal dengan rendahnya nilai tukar (terms of trade) produk atau jasa (dalam bentuk dana atau kapital) masyarakat perdesaan terhadap produk atau jasa perkotaan. Pendekatan KDK diharapkan dapat menaikkan nilai tukar produk atau jasa masyarakat perdesaan melalui:
(1) upaya memindahkan proses produksi dari kota ke desa untuk meningkatkan produktivitas dan nilai tambah produk atau jasa yang dihasilkan oleh masyarakat perdesaan melalui bantuan modal, sarana produksi dan pelatihan.
(2) memperpendek jalur produksi, distribusi, dan pemasaran produk atau jasa masyarakat perdesaan untuk mengurangi biaya ekonomi tinggi melalui pembentukan satuan partisipatif bagi pengembangan produk atau jasa secara spesifik. Jasa ini dibangun di perkotaan.
(3) memberikan akses yang lebih besar bagi masyarakat perdesaan terhadap faktor-faktor produksi barang atau jasa seperti modal, bahan baku, teknologi, sarana dan prasarana. Hal ini akan merangsang SDM di perdesaan untuk lebih produktif dalam mengembangkan usahanya, sehingga desa memiliki daya tarik untuk investasi produksi dan tenaga kerja. Disamping itu adanya dukungan informasi khususnya informasi pasar.
Kota cukup memberikan pengaruh kuat terhadap kelangsungan hidup penduduk desa, hal ini dibuktikan dengan adanya kecenderungan penduduk desa yang lebih suka mencari nafkah di kota dan bersekolah di kota. Hal ini dikarenakan oleh fasilitas desa yang kurang memadai. Diharapkan, setelah para pemuda-pemuda tersebut menuai sukses di kota, mereka kembali ke desanya dan memberikan kemajuan bagi desanya. Sehingga tidak seperti pepatah kacang lupa pada kulitnya.
Hubungan desa Kebumen dengan Kota tidak terlalu terlihat karena sebagian besar kebutuhan masyarakat sudah dapat terpenuhi baik sandang, pangan, maupun papan.
Adapun dari segi pendidikan, anak – anak yang mau melanjutkan ke jenjang selanjutnya (SMA atau SMK sederajat) ke luar desa misalnya dari Kebumen ke Purwokerto. Tidak hanya itu tenaga kerja yang ke kota pun ada tetapi hanya sebagian warga yang tidak melanjutkan setelah  lulus SMP, karena kebanyakan memilih untuk bekerja menjadi buruh pembuatan bata daripada buruh tani.


ACARA III
MOBILITAS SOSIAL

Mobilitas sosial diartikan sebagai suatu gerak perpindahan dari suatu kelas ke kelas sosial lainnya (Soeroso,2008). Pada hakekatnya manusia sebagai makhluk individu dan sosial berada dalam suatu proses gerak sosial, dari kelas sosial tertentu ke kelas sosial lainnya. Hal ini disebabkan oleh faktor-faktor seperti pendidikan, pekerjaan, pendapatan, dan kepemilikan material.
Di desa tempat kami praktikum yaitu Desa Kebumen mobilitas sosial atau gerak sosial sebagian tidak terjadi pada desa ini. Ketenagakerjaan rata-rata pada desa ini yaitu buruh, tani, pedagang, PNS. Di Desa Kebumen terjadi mobilitas sosial pada urbanisasi, hal ini banyak penduduk yang bertempat tinggal di Kebumen adalah warga asli Kebumen, pendatang di desa ini juga sedikit dari luar, hal ini disebabkan karena banyak warga yang sudah mempunyai pekerjaan tetap, memiliki lahan baik untuk lahan pertanian maupun peternakan sehingga mereka tidak ingin meninggalkan tempat tinggalnya.
Pada bidang pendidikan dan ketenagakerjaan terjadi mobilitas sosial, khusunya pada jenjang perguruan tinggi. Meskipun di Purwokerto ada banyak perguruan tinggi, namun di desa Kebumen ini sebagian anaknya di sekolahkan ke Yogyakarta, dan Solo yaitu di UGM dan UNS. Hal ini disebabkan, pemikiran orangtua yang menginginkan kualitas pendidikan yang lebih baik serta jarak yang dekat daripada ke Jakarta atau ke Bandung. Pada bidang ketenagakerjaan terjadi mobilitas sosial, sebab banyak warga di desa ini bekerja ke kota sebagai PNS baik pegawai swasta maupun guru,  ada juga yang berprofesi sebagai buruh, karena jumlah pendapatan di kota lebih besar daripada di Desa Kebumen. Namun ada juga yang sebagia besar memilih menetap dan bekerja di Desa Kebumen, karena alasan lebih nyaman tinggal di desa, ada juga yang merantau ke kota tapi, balik lagi ke desa dan ada yang bekerja mengolah lahan di sawah, dan mengolah ternak, ada yang membuka toko (berwirausaha) sendiri


IV. KESIMPULAN DAN SARAN
1.      Kesimpulan
·         Hubungan antara Desa Kebumen dengan pusat kota sangat erat, terkait dengan perkembangan di Desa Kebumen sendiri. Adapun gejala–gejala yang dapat memperarat hubungan tersebut dapat diamati melalui aspek: masuknya ekonomi uang ke desa, pemasaran hasil pertanian ke desa, masuknya barang konsumsi ke desa, tertariknya tenaga kerja dari desa ke kota, menyekolahkan anak–anak ke kota, pembentukan organisasi modern, bertambahnya jaringan komunikasi, dan masuknya teknologi peertanian ke desa.
·         Masuknya teknologi baru dapat mengubah bentuk kerjasama yang terikat oleh tradisi hal ini terjadi karena para warganya mengadakan hubungan satu dengan lainya baik dalam bentuk perorangan maupun kelompok sosial.
·         Gerak sosial yang terjadi di masyarakat Desa Kebumen sudah nampak, baik mobilitas ketenagakerjaan, pekerjaan maupun tempat tinggal/urbanisasi, kemungkinan karena jarak yang dekat dengan kota, sehingga warga sudah ada keinginan untuk merubah kehidupannya.
·         Teknologi pertanian ini diusahakan oleh anggota Kelompok Tani Desa Kebumen melihat potensi lahan di Desa Kebumen yang masih banyak lahan pertaniannya dengan tanah yang subur. Tujuannya untuk meningkatkan hasil tani sehingga bisa berswasembada dan pengembangan agribisnis pedesaaan. Masyarakat sangat terbuka dan antusias jika ada pengenalan teknologi pertanian baru, namun mereka cenderung ingin yang instan atau mentalitasnya masih rendah.
2.      Saran
Desa Kebumen sudah sedikit maju dibandingkan desa lain dalam pertaniannya, namun tidak hanya kuantitas hasil pertanian yang ditingkatkan  peningkatan dalam kualitas hasil pertanian juga harus dilakuakan. Infrastruktur yang ada di Desa Kebumen perlu dilakukan perbaikan, seperti akses jalan menuju Desa Kebumen yang beberapa jalan nampak tidak rata. Selain itu di Desa Kebumen sudah ada gapoktan yang menunjang peningkatan kemajuan pertanian, sehingga harus ada peningkatan kerjasama antar anggota kelompok tani dan antar kelompok tani dalam gapoktan sehingga terjadi interaksi yang baik untuk kemajuan desa.



DAFTAR PUSTAKA
Perintah Desa Kebumen. 2014. Gambaran Umum Desa Kebumen Kecamatan Baturraden Kabupaten Banyumas. Kebumen. Banyumas
Saidiharjo, P. 1974. Pengantar Ilmu Sosiologi. Bina Ilmu. Surabaya
Soekanto, S. 1986. Sosiologi Suatu Pengantar. CV. Rajawali, Jakarta.
Soeroso, A. 2008. Sosiologi 2. Erlangga, Jakarta.
Widarni, S. 1997. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemuda Desa Bekerja di Sektor Non-Pertanian. Thesis S2 Unpad, Bandung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar